Skip to content

Belajar Ilmu Agama Secara Ta’shily

Saudaraku, kita telah mengetahui bersama tentang pentingnya “tafaqquh fid diin“. Terlebih lagi di zaman sekarang, ilmu agama semakin sedikit orang yang mempelajarinya, sehingga yang banyak adalah orang-orang jahil namun mengaku berilmu. Ilmu pulalah yang akan melindungi kita dari badai fitnah yang terus melanda.

Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu syar’i merupakan amal yang sangat mulia, bahkan ganjaran bagi orang yang menuntut menuntut ilmu samai halnya dengan orang yang pergi berjihad di jalan Allah sampai ia kembali. Namun perbuatan yang mulia ini, jika tidak diiringi dengan metode belajar yang benar justru akan menjadi tidak teratur dan semrawut, serta hasil yang didapat pun tidak akan maksimal. Maka dari itu sangat penting bagi setiap penuntut ilmu untuk memperhatikan bagaimanakah cara belajar yang semestinya ditempuh.

[Ilmu Didapat Secara Bertahap]

Dalam menuntut ilmu sangat dibutuhkan kesabaran. Seseorang yang tidak sabar dalam menuntut ilmu, kerapkali berbuntut pada kebosanan dan dan akhirnya putus di tengah jalan. Semangatnya begitu membara di awal, tetapi setelah itu padam tanpa bekas. Apa masalahnya? Di antara masalahnya adalah metode menuntut ilmu yang tidak tepat, pembelajaran yang tidak berjenjang, dan tidak memprioritaskan penguatan kaidah dasar. Semestinya, seseorang mengambil ilmu sedikit demi sedikit sesuai dengan kadar kemampuannya, tentu saja disertai dengan semangat juang yang tinggi. Seseorang yang menuntut ilmu ibarat menaiki sebuah tangga. Untuk bisa mencapai bagian puncak dari tangga tersebut, maka dia harus memanjat dari bawah terlebih dahulu. Jika ia memaksakan untuk langsung menuju puncak, maka niscaya dia tidak akan mampu atau akibatnya dia akan celaka.

Ketahuilah, jika seseorang tergesa-gesa dalam menuntut ilmu, niscaya dia justru akan kehilangan seluruhnya, karena ilmu didapat seiring dengan berjalannya siang dan malam, setahap demi setahap dengan penuh kesabaran, bukan sekali dua kali duduk di manjelis atau sekali dua kali baca. Oleh karena itu para ulama sering menjelaskan :

( من لم يطقن ألأصول, حرم الوصول )

Barangsiapa yang tidak menguasai materi-materi ushul (pokok/dasar), dia tidak akan memperoleh hasil

Para ulama juga sering mengingatkan :

(من رام العلم جملة, ذهب عنه جملة )

Barangsiapa yang mempelajari ilmu langsung sekaligus dalam jumlah yang banyak, akan banyak pula ilmu yang hilang” [Dinukil dari Hilyatu tholibil ‘ilmi, Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid]

[Mulailah dari yang Paling Penting]

Saudaraku, waktu yang kita miliki sangatlah terbatas. Kita harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang dimiliki, termasuk dalam menuntut ilmu, Dalam memperlajari ilmu, seseorang harus menguasai dasar yang kokoh sebagai bekal baginya untuk mendalami ilmu syariat yang lainnya. Barangsiapa tidak memulai dari hal yang mendasar/pokok, maka ia tidak akan mendapatkan cabangnya.

Hal terpenting yang paling mendesak dipelajari saat ini adalah ilmu tauhid, karena tauhidlah sumber kebahagiaan dunia dan akherat. Selain itu, kenalilah lawan dari tauhid yaitu syirik dengan perinciannya. Juga imu tentang aqidah yang mencukup keenam rukun iman. Demikian pula perkara-perkara ibadah wajib maupun sunnah yang rutin dikerjakan siang dan malam, serta perkara-perkara yang berhubungan dengan muamalah..

[Belajar dengan Bimbingan Guru]

Seseorang bisa saja belajar ilmu syar’i hanya dari buku yang dia baca semata. Metode ini memiliki beberapa sisi negatif, di antaranya yaitu butuh waktu yang lama, ilmunya lemah, dan kadang kita jumpai seseorang yang seperti ini banyak terjatuh dalam kesalahan karena lemahnya pemahaman atau karena buku yang dibacanya sesat dan menyesatkan. Oleh karena itu, seseorang perlu belajar dengan bimbingan guru. Dengan adanya guru, maka dialah yang akan membimbing dan membetulkan jika ada kesalahan dan waktu yang dibutuhkan untuk belajar menjadi lebih singkat. Belajar langsung dengan guru, memliki beberapa faedah:

  1. Menempuh jalan yang lebih singkat

  2. Lebih cepat dan lebih banyak dalam memahami sesuatu

  3. Terjalin hubungan batin antara penuntut ilmu dengan ulama, [Diringkas dari Kitaabul ‘ilmi, Syaikh ‘Utsaimin]

[Perlunya Belajar Secara Ta’shil]

Sebagai seorang penuntut ilmu semestinya mempersiapkan dirinya untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakatnya dengan ilmu, amal dan dakwah. Membentengi masyarakat dengan aqidah yang benar dan manhaj yang lurus merupakan kewajiban para penuntut ilmu di tengah-tengah amukan badai fitnah yang menggelora. Oleh karena itu, perlu dicanangkan strategi yang mantap dan pola belajar yang jitu untuk mencetak para penuntut ilmu yang handal.

Kesimpulan tulisan yang ringkas ini, kita harus belajar dengan metode yang benar, secara ta’shil, belajar secara bertahap dan berkesinambungan dimulai dari materi-materi ushul (dasar), yaitu bertahap dimulai dari tahap awal kemudian meningkat ke jenjang yang lebih tinggi dan seterusnya Yang harus dipelajari secara ta’shil adalah materi-materi dasar atau pokok yang akan menjadi landasan atau pijakan seorang penuntut ilmu untuk mengembangkan kemampuan dan talenta dirinya. Dan hendaknya diusahakan agar semua pelajaran dalam bidang ilmu/kitab yang bersangkutan diperoleh dari penjelasan langsung dari guru yang mumpuni.

Semoga uraian singkat ini bermanfaat. Kita memohon agar Allah Ta’ala senantiasa membimbing kita di atas jalan ilmu yang benar.

Wa shallallaahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.

Abu ‘Athifah

Seorang thalibul ‘ilmi, yang pernah merasakan manisnya menuntut ilmu di Ma’had al ‘Ilmi.

3 thoughts on “Belajar Ilmu Agama Secara Ta’shily”

    1. Pertama, ingatlah bahwa hidayah itu berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka seorang penuntut ilmu harus senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan taufiq dan semangat dalam nmenuntut ilmu. Kemudian hendaknya antum selalu bergabung bersama teman-teman yang baik, yang semangat menuntut ilmu. Bisa juga dengan cara membaca kisah-kisah luar biasa yang menunjukkan semangat para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu. Bacalah kitab-kitab adab menuntut ilmu semisal tadzkiratus saami’, iqtidho-ul ‘ilmi al ‘amal, tsamaratul ‘ilmi al ‘amal, hilyah thalibil ‘ilmi, ma’alim fi thariq thalabil ilmi, yaa thalibal ‘ilmi, dan selainnya. Antum akan dapatkan faidah berharga seputar perjalanan menuntut ilmu. Baarakallahu fiik

  1. Muhammad Rusydi Juraij

    benar… kita saja dilahirkan melalui beberapa tahap sebelum menginjak usia kematangan fisik, memaksakan diri untuk melalui fase normal, akibatnya justru akan merugikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *