Dari Suriah untuk Indonesia
Oleh : Yuli Widiyatmoko
Peraih Juara 1 Ikhwan Lomba Esai 2016 “Berkarya Kita Peduli”
Secara geografis, Suriah merupakan negara yang pada sisi baratnya langsung menghadap ke laut mediterania. Hal tersebut menjadi jalan yang begitu strategis terkait masuknya berbagai negara untuk singgah di Suriah. Tak ayal, Suriah memiliki masyarakat yang begitu beragam, mulai dari budaya, suku, bangsa, dan agama.
Keberadaan Suriah mulai diperhitungkan oleh dunia internasional sejak era pasca Perang Teluk. Tak berlebihan rasanya jika banyak yang mengatakan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan tercapai tanpa adanya campur tangan Suriah. Jika dilihat ke belakang Suriah dahulu merupakan negara yang mempunyai banyak wilayah yang mencakup seluruh negara yang berada di Timur Mediterania antara lain: Yordania, Lebanon, Israel, dan Propinsi Turki Hatay. Namun akibat imperialis Eropa, menyebabkan Suriah kehilangan Yordania dan Israel yang dipisahkan dengan berada di bawah mandat Inggris. Lebanon diambil untuk melindungi minoritas kristennya dan Hatay dikembalikan kepada Turki demi pertimbangan politik untuk Perancis.
Namun beberapa tahun terakhir, ratusan bahkan ribuan informasi yang tersiar tentang Suriah hanyalah peperangan yang meluluhlantakan sudut-sudut kota di Suriah. Siapa yang menyangka, aksi demonstrasi yang menuntut pembebasan pelajar sekolah yang ditahan oleh pemerintah justru dibalas dengan tembakan brutal oleh pemerintah kepada para demonstran ketika itu. Akibatnya pertumpahan darah terus berlangsung hingga saat ini. Miris memang, pemerintah yang notabene memiliki kuasa penuh untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara justru menggunakan kekuasaan tersebut dengan melakukan tindakan yang menyebabkan kondisi negaranya menjadi kacau.
Jika melihat peperangan yang ada di Suriah, tentu setiap kita berharap agar peperangan yang terjadi di Suriah segera selesai. Hati mana yang tidak teriris menyaksikan warga sipil menjadi korban pertempuran yang mungkin mereka sendiri tidak tahu mengapa mereka menjadi korban. Hati mana yang tidak teriris menyaksikan bangunan-bangunan bersejarah nan penting justru hancur dihujani roket dan bom.
Konflik Suriah bukanlah drama kolosal yang didalamnya akan muncul tokoh-tokoh pembela kebenaran dan menyelesaikan pertempuran, namun untuk benar-benar memahami siapa memihak siapa dan siapa melawan siapa merupakan sebuah pekerjaan yang rumit untuk ditelaah.
Namun, melalui konflik yang terjadi di Suriah mampu menunjukan pada kita semua bahwa demonstrasi merupakan langkah yang kurang tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Selama ini dapat kita saksikan bahwa di berbagai belahan dunia seperti Suriah, Lebanon, Palestina, dan bahkan negara-negara non-muslim sekalipun, demonstrasi hanya mendatangkan kerugian bagi berbagai pihak. Fasilitas umum rusak, demonstran begitu rawan akan intimidasi dan penyiksaan, pun bagi negara tersebut mengakibatkan tidak stabilnya kondisi politik dan ekonomi yang akan berdampak pada berbagai aspek. Demonstasi bukanlah jalan Islam untuk menyelesaikan suatu permasalahan, melainkan melalui dialog terbuka oleh tokoh-tokoh yang kompeten sehingga membuahkan kesepakatan terbaik bagi maslahat seluruh rakyat.
Jika kita telusuri lagi, masyarakat Suriah di beberapa wilayah yang diberkahi mulai terkikis oleh budaya-budaya barat yang jauh dari syariat Islam. Musik, tempat hiburan malam, dan yang lainnya. Hal tersebut menjadi peringatan keras bagi umat Muslim bahwa hanya dengan kembali kepada syariatNya-lah kita akan mampu untuk mempertahankan diri dari gempuran strategi-strategi setan yang seringkali tidak disadari.
Ketika membahas konflik di Suriah kemudian melihat kondisi bangsa ini, muncul satu pertanyaan di kepala. Adakah kemungkinan Indonesia menjadi seperti Suriah? Jawabannya ada. Hal itu akan terjadi jika masyarakat Indonesia tidak segera menyadari tipu daya kelompok-kelompok sesat seperti Syiah yang begitu gencar melakukan berbagai strategi agar mereka mampu menguasai suatu wilayah. Hal itu akan terjadi jika masyarakat Indonesia masih saja disibukkan dengan gadget dan sinetron sementara dilain hal tidak pernah menghadiri majelis ilmu syar’i.
Islam bukanlah sekadar agama yang berisi berbagai aturan yang harus ditaati oleh pemeluknya. Namun Islam tak ubahnya nafas bagi manusia. Kita tidak akan mampu hidup dengan baik jika mengabaikan berbagai syariat yang ada dalam agama yang kita peluk. Bukan hanya untuk menciptakan kemaslahatan bagi umat Muslim, namun juga bagi kaum kafir yang ada di negara tersebut. Indonesia dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia merupakan aset berharga yang harus dikelola dengan baik guna meningkatkan kualitas bangsa. Namun disisi lain, hal tersebut juga merupakan ancaman yang dapat menghancurkan bangsa ini.
Pertama, Suriah telah mengajarkan kepada kita bahwa mentaati pemimpin merupakan hal yang sangat penting selama pemimpin tersebut tidak memerintahkan melakukan perbuatan yang melanggar syariat. Masih segar dalam ingatan bagaimana tragedi 1998 telah menjadi momen kehancuran yang memalukan sekaligus memilukan bagi bangsa ini. Banyak orang yang berbekal emosi semata melakukan demonstrasi pada pemerintah, akibatnya begitu banyak korban berjatuhan. Puluhan orang diculik. Berbagai fasilitas rusak, dan kerugian lainnya. Tidakkah kita memikirkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak tersebut? Tidakkah kita memikirkan kesedihan ribuan orang tua yang anaknya tewas akibat peristiwa tersebut? Tidakkah kita memikirkan betapa sulitnya pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan dunia internasional pada negara? Terlalu apatis rasanya jika kita merasa bahwa itu semua merupakan tanggung jawab pemerintah.
Kedua, konflik yang terjadi di Suriah juga menunjukan pada kita bahwa ketika umat muslim lengah-disibukan dengan dunia dan jauh dari agama-maka kaum kafir akan memanfaatkan kesempatan tersebut guna menghancurkan umat muslim. Dapat kita saksikan, di beberapa wilayah di Suriah perkembangan kaum Syiah begitu pesat. Mereka begitu bersemangat untuk menyebarkan ajarannya bersekongkol dengan kaum kafir. Pantaskah umat muslim tetap diam mengetahui hal tersebut?
Ketiga, tampak begitu jelas di beberapa wilayah umat muslim suriah yang begitu teguh mempertahankan agamanya. Anak-anak senantiasa menghafalkan Al Qur’an. Perempuan tetap mempertahankan jilbabnya meski penganiayaan terus berlangsung. Banyak orang dari berbagai kalangan ikut terjun melawan tentara Assad dan sekutunya demi mempertahankan bumi Syam tercinta. Ini merupakan modal yang sangat patut dimiliki oleh setiap orang, dan hal ini akan terwujud jika kita senantiasa mendekatkan diri pada sang Pencipta. Tidaklah mungkin semangat mereka muncul kecuali atas dasar kecintaan mereka pada Allaah.
Suriah telah mengajarkan banyak hal pada dunia. Tentang cinta, perjuangan, dan harga diri. Sebuah rekaman sejarah yang didalamnya ada begitu banyak kisah heroik masyarakat Suriah. Indonesia wajib belajar pada konflik yang terjadi di Suriah agar tidak terjadi hal yang sama di negeri ini. Mulai dari hal yang terkecil yakni mengokohkan iman dengan cara meletakkan urusan akhirat sebagai prioritas utama.
______________________________________________________________________
Referensi:
Admin. Peta Serangan Udara Rusia Menunjukan Target Serangan Adalah Kelompok Oposisi Moderat dan Warga Sipil. http://www.middleeastupdate.net/peta serangan-udara-rusia-menunjukkan-target-serangan-adalah-kelompok-oposisi moderat-dan-warga-sipil-bukan-daesh/. Diakses pada 29 Desember 2016.
Dahlan, Harwanto. 1995. Diktat Kuliah: Politik dan Pemerintahan Timur Tengah. Yoyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.