Skip to content

Jalan Untuk Meraih Ilmu

Setiap hal yang dicari manusia pasti mempunyai jalan untuk mencapainya. Maka barang siapa menempuh jalan yang benar untuk meraih apa yang dicarinya, pasti ia akan menggapainya. Dan barang siapa menyimpang dari jalan tersebut, maka ia tidak akan memperoleh apa yang dicarinya. Begitu juga ilmu. Setiap ilmu mempunyai jalan yang dapat ditempuh. Barangsiapa yang salah jalan maka ia tidak akan memperolah apa yang dicarinya. Boleh jadi ia mendapat faidah, tetapi hanya sedikit padahal telah susah payah menggapainya.

Dan Muhammad Murtadha bin Muhammad Az Zabidi –penulis kitab Tajul ‘Urus– menyebutkan dua jalan untuk meraih ilmu tersebut dalam bait syairnya yang dinamai Alfiyah As Sanad, beliau berkata di dalamnya:

فما حوى الغاية في ألف سنه

شخص فخذ من كل فن أحسنه

بحفظ متن جامع للراجح

تأخذه على مفيد ناصح

 

Dorongan untuk berbuat itu sudah ada seribu tahun lamanya

Hendaklah setiap orang mengambil yang terbaik dari setiap cabang ilmu

Dengan menghafal matan yang ringkas yang memuat makna yang kuat

Dan mengambilnya dari orang yang memberi faedah dan menginginkan kebaikan bagi orang lain

 

Dua jalan untuk meraih ilmu

 

Maka jalan mendapatkan ilmu ada dua. Barangsiapa menempuh keduanya, artinya dia orang yang mengagungkan ilmu.

–          Pertama :

Menghafal matan yang ringkas yang memuat makna yang kuat. Maka mau tidak mau harus menghafal. Barang siapa meyakini bahwasanya dia bisa memperoleh ilmu tanpa menghafal, maka sesungguhnya ia sedang mencari hal yang mustahil didapatkan.

Dan menghafal yang dimaksud adalah menghafal matan yang ringkas yang kuat maknanya yang menjadi rujukan di masing-masing cabang ilmu.

 

–          Kedua :

Mengambil ilmu dari guru yang memberi faedah yang memberi kebaikan. Guru yang seperti ini adalah guru yang memiliki dua sifat :

  1. Dapat memberi faedah. Dia adalah orang yang ahli dalam ilmu tersebut, maka hendaklah ia mengambil ilmu dari guru yang dikenal keilmuannya serta terus belajar dari gurunya tersebut sampai ia memperoleh apa yang dicarinya sehingga ia memiliki pemahaman yang kokoh.

Dasar hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya dengan sanad yang kuat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

 تسمعون و يسمع منكم و يسمع ممن يسمع منكم

“Kalian telah mendengarnya (dariku), dan orang lain mendengar dari kalian, dan orang lain mendengarkannya lagi dari orang yang mendengar dari kalian”

 

  1. Sifat yang kedua adalah memberikan nasehat. Sifat ini mencakup dua makna :

–          yang pertama : guru tersebut pantas dijadikan teladan

–          yang kedua : mengetahui cara mengajar, yakni dia memiliki metode mengajar yang bagus,.

 

Inilah dua jalan meraih ilmu, menghafal dan belajar kepada guru yang terpercaya.

 

(Diterjemahkan dari Khulashah Ta’zhim Al ‘Ilmi karya Syaikh Shalih Al ‘Ushaimi hafizhahullah hal. 19-21)

 

Ditulis oleh :

 

Descartes Houston

Santri Ma’had Al ‘Ilmi tahun ajaran 1434/1435

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *