بسم الله الرحمن الرحيم
Tentu masih terlintas dalam ingatan kita akan sejuknya bacaan Al Qur’an itu, khusyuknya sujud-sujud di malam itu, indahnya perkataan yang sarat akan ilmu pada kultum yang kita dengarkan itu, hangatnya suasana sahur dan berbuka bersama keluarga, serta berkahnya malam 1000 bulan. Mungkin kita sangat sedih akan kepergian bulan yang penuh berkah ini. Bulan Ramadhan yang Al Qur’an diturunkan di dalamnya sebagai petunjuk untuk manusia, dan bulan dilipat gandakannya pahala. Semoga amal ibadah yang telah kita kerjakan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Pembaca yang dimuliakan Allah, bulan Ramadhan telah kita lalui bersama dan kini kita telah sampai di bulan Allah yang lain yaitu bulan Syawwal. Banyak diantara kita yang begitu semangat melaksanakan berbagai amalan ketaatan di bulan Ramadhan, akan tetapi lalai di bulan-bulan yang lain. Bahkan ada sebagian kaum muslimin yang tetap pada kemaksiatannya di bulan Ramadhan tanpa mengindahkan aturan-aturan Allah. Begitulah sifat manusia yang tidak terlepas dari dosa. Akan tetapi, apakah kita akan tetap seperti ini hingga akhir hayat? Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami akan sedikit mengulas tema ini agar Ramadhan yang telah berlalu tidak sia-sia begitu saja.
Hakikat kebaikan
Banyak dari kita menilai baiknya seseorang hanya karena sikap baiknya terhadap sesama makhluk. Padahal tidak hanya sebatas akhlak mulia saja. Allah Ta’ala telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebaikan dalam ayat-Nya,
الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ
“Kebaikan itu adalah (kebaikan) orang-orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi. Dan (orang-orang) yang memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, serta untuk memerdekakan hamba sahaya. Dan (orang-orang) yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, yang menepati janji apabila berjanji. Dan (orang-orang) yang sabar dalam kemelaratan dan pada masa peperangan” (QS. Al Baqarah : 177).
Mengapa harus lebih baik?
Diantara pelajaran yang dapat kita petik dari diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan adalah melatih untuk mengontrol hawa nafsu. Karena pada saat berpuasa kita diperintahkan untuk tidak makan, minum, dan melakukan hubungan suami-istri. Belum lagi berbagai pahala yang telah disiapkan Allah untuk orang-orang yang berpuasa. Selain berpuasa, pada bulan Ramadhan Allah menganjurkan untuk melakukan berbagai amalan ketaatan. Apabila kita menarik benang merah dari beberapa hikmah tersebut, Allah ‘Azza wa Jalla ingin mendidik kita agar terbiasa melakukan amal shalih dan menahan hawa nafsu untuk tidak melakukan maksiat.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al Baqarah : 183).
Dalam ayat yang agung tersebut perintah diwajibkannya berpuasa memiliki tujuan yang agung pula. Maka hendaknya seorang muslim semakin bertambah rasa takutnya kepada Rabb pemilik langit dan bumi serta semakin bertaqwa kepada-Nya, bukan semakin bertambah jauh dari-Nya .
Imam Asy Syibli pernah ditanya, “Mana yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya’ban?” Maka beliau menjawab,“Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah Subhanahu wa ta’ala yang selalu beribadah kepada-Nya di setiap waktu dan tempat), dan janganlah kamu menjadi seorang Sya’bani (orang yang hanya beribadah kepada-Nya di bulan Sya’ban atau bulan tertentu lainnya).” (Lathaa-iful Ma’aarif oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 313)
Jangan sampai kita menjadi orang yang telah dikatakan oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadistnya (yang artinya),
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَانْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad 2/254, Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad No. 644, Ibnu Hibban No. 907, dan Al Hakim 4/170; dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi, dan Al Albani) .
Oleh karena itu saudaraku, apabila kita masih lalai di bulan Ramadhan kemarin maka saatnya sekarang kita bangkit! Bersegeralah meminta ampunan Allah, Dzat Yang Maha pengampun, dan bertaubat dari seluruh dosa yang pernah kita lakukan. Dan bagi yang sudah berusaha menjalani puasa beserta amal shalih di bulan Ramadhan dengan baik, maka hendaknya istiqomah dalam ketakwaannya kepada Allah.
Balasan bagi mereka yang bertaubat dan bertaqwa
Allah Ta’ala sangat mencintai hamba-Nya yang bertaubat dan akan mengampuni dosa bani Adam walaupun sepenuh bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال الله تعالى يابن آدم، إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت للك على ما كان منك ولا أبالي، يا ابن آدم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك، يا ابن آدم لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة
“Allah Ta’ala berfirman, ”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangkan ampunan untukmu dengan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540, beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa baik dosa kecil, dosa besar, bahkan dosa syirik atau dosa kekufuran bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian walaupun dosa itu sepenuh bumi. Hal ini dikuatkan pula pada ayat dalam Al Qur’an,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Ibnu Katsir mengatakan, ”Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan. ” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/138-139).
Jika kita men-tadabburi pedoman umat Islam yaitu Al Qur’an, sangat banyak sekali pujian Allah kepada orang-orang yang bertakwa dan balasan terbaik untuk mereka. Diantaranya adalah janji surga yang terdapat dalan firman-Nya,
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ
“Katakanlah, ‘Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Bagi orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Rabb mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sunga-sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah” (QS. ‘Ali Imran : 15).
Selain itu, takwa merupakan sebab mendapat kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal agar kamu beruntung” (QS. Al Maidah : 100)
Bersambung insya Allah…
Ditulis oleh :
Ummu Uwais
Santri Ma’had Al ‘Ilmi tahun ajaran 1434/1435