Islam Adalah Agama Ilmu
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على نبينا محمد و على أله وصحبه و من والاه. أما بعد :
Islam sangat menjunjung tinggi orang yang berilmu. Tidaklah orang berilmu hidup di dunia ini kecuali Allah Ta’ala akan meninggikannya beberapa derajat. Allah berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan mengangkat (derajat) orang yang beriman di antaramu dan orang yang berilmu beberapa derajat” (QS Al Mujadalah : 11).
Derajat yang dimaksud disini adalah kedudukan yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Di sisi lain Al Qur’an, allah Ta’ala juga menjelaskan bahwasanya binatang pemburu yang berilmu maka hasil buruannya halal (dimakan-ed). Berbeda dengan hasil buruan binatang pemburu yang tidak berilmu maka hasil buruannya haram. Allah berfirman
أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ
“Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu” (QS Al Maidah : 4).
Ayat yang agung ini menjelaskan bahwasanya seekor binatang pemburu saja bisa menjadi mulia lantaran binatang tersebut berilmu dan telah dilatih, bagaimana lagi dengan kita manusia?
Fakta juga menjelaskan bahwa orang berilmu pasti akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di hati rekan-rekan dekatnya. Itulah ilmu, dengan ilmu lah Allah akan memuliakan orang tersebut. Kehidupan kuliah misalnya, tidaklah seorang dosen mempercayakan suatu proyek besar yang bernilai tinggi kecuali akan diserakan kepada mahasiswa yang paling pintar di antara yang lain. Terlebih lagi dalam masalah agama, Allah berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama” (QS. Fathir : 28).
Merekalah para ulama, orang mulia yang paling mengerti mengenai Allah dikarenakan mereka yang paling berilmu. Dalam hadits Nabi juga dijelaskan bahwasanya para ulama adalah para pewaris nabi. Bahkan lebih dari itu, bahwasanya segala sesuatu yang ada di langit dan bumi beserta ikan yang ada di tengah-tengah laut juga akan memintakan ampun kepada orang yang berilmu. Subhanallah, sungguh betapa mulianya orang yang berilmu di sisi Islam.
Namun, kemuliaan para penuntut ilmu akan sedikit demi sedikit hilang dari diri mereka jika noda-noda hitam telah bercampur dan mereka kurang mampu berpegang kepada prinsip-prinsip dalam menuntut ilmu.
Noda Pertama : Rusaknya Niat
Suatu bangunan tidak akan bisa kokoh menjulang tinggi kecuali jika bangunan tersebut dibangun di atas pondasi yang kokoh dan kuat. Itulah niat, yang menjadi rukun dan pondasi dalam semua amal, termasuk di dalamnya menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu termasuk amal yang mulia dalam Islam.
Ringkasnya, jika kita membangun amal berdasar niat yang baik dan ikhlash tentu akan membuakan hasil yang baik dan indah, begitu juga sebaliknya. Tidaklah kita menuntut ilmu kecuali ilmu tersebut kita gunakan agar kita semakin takut kepada Allah Ta’ala. Maka ingatlah, ketika sekali saja kita salah dalam menata niat dalam hati, ilmu tersebut tidak akan memberikan manfaat kepada kita. Nabi bersabda, “Setiap amal itu dibangun di atas niat, dan setiap orang dihukumi berdasarkan niatnya” (Muttafaqun ‘alaih)
Noda Kedua : Malas Datang Ke Majelis Ilmu
Bermajelis dengan para ustadz adalah salah satu metode untuk bisa mendapatkan ilmu. Namun, suasana akan menjadi lebih suram ketika majelis ilmu ini jarang untuk dihadiri. Kebanyakan orang justru memilih pasar, mal, supermarket, bioskop, atau alun-alun kota untuk diramaikan.
Betapa tidak di zaman sekarang jarang kita jumpai majelis ilmu bisa ramai kecuali hanya sedikit. Imam Malik rahimahullahu berkata, “Sesungguhnya ilmu itu didatangi, bukan mendatangi”. Perkataan beliau ini tepat pada zaman beliau, namun ketika ini dipraktekan di zaman sekarang, majelis ilmu akan sepi.
Janganlah kita menggigit jari penyesalan dan tangis kesedihan ketika datangnya penyesalan. Betapa besar nikmat yang kita dapatkan ketika kita menghadiri majelis ilmu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah untuk membaca kitab Allah dan memperlajarinya kecuali akan turun ketentraman di tengah-tengah mereka, rahmat akan meliputi mereka, malaikat akan meliputi mereka dan Allah akan menyebut mereka di tengah-tengah para malaikat” (HR.Muslim).
Cukuplah diri kita yang bisa menjawab pertanyaan kenapa kita enggan untuk datang ke majelis ilmu, padahal nikmat Allah sangatlah agung.
Noda Ketiga : Beralasan Dengan Sibuknya Pekerjaan
Betapa pintar syaithan untuk bisa menyesatkan umat manusia yang ada di dunia ini. Ketika seorang hamba dimotivasi untuk bisa menuntut ilmu, disitulah celah syaithan akan menggoda dan membujuk manusia untuk absen dari majelis ilmu. Fakta juga telah berkata demikian, betapa tidak dari kita para penuntut ilmu yang sering beralasan dengan kesibukan kita untuk absen dari majelis ilmu. Sungguh, sepatutnya kita memohon pertolongan kepada Allah semata agar dijauhkan dari sikap ini. Memulai hari dengan jadwal yang rapi dan memaksimalkan waktu yang ada akan memberikan manfaat lebih dalam penggunaan waktu yang ada.
Bersambung
Referensi :
معالم في طريق طلب العلم للشيخ الدكتور عبد العزيز بن محمد بن عبد الله السدحان
Ditulis oleh :
Mohammad Darus Salam
Alumni Ma’had Al ‘Ilmi tahun ajaran 1433/1434