Skip to content

Kedudukan Sanad dalam Islam

Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah memberikan nikmat yang sangat besar kepada ummat ini dengan terjaganya kemurnian agama-Nya. Allah ‘azza wa jalla berfirman

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya kamilah yang telah menurunkan Adz Dikr dan Kamilah yang menjaganya” (Al Hijr : 9)

Adz Dzikr dalam ayat di atas ditafsirkan oleh para imam-imam tafsir dengan Al Qur’an. Namun, maknanya juga mencakup hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebabkan karena hadits Nabi berfungsi sebagai penjelas Al Qur’an serta menambah hukum yang tidak disebutkan dalam Al Qur’an. Sehingga dengan dijaganya Al Qur’an berkonsekuensi pula dengan dijaganya hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun demikian, penjagaan agama ini tentu ada sebab (perantaranya), yaitu melalui  para ulama’ ahli hadits. Dengan perantara mereka ilmu yang diturunkan Allah melalui Rasul-Nya sampai kepada kita dalam keadaan murni dari perubahan. Dengan perantara mereka pula dapat tersaring hadits – hadits yang benar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dan hadits – hadits yang palsu yang disandarkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah orang – orang yang ditampilkan Allah ‘azza wa jalla pada setiap zaman untuk menjaga kemurnian agama ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِّنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْن

Akan senantiasa ada dari sekelompok kecil ummatku yang mereka kokoh di atas kebenaran sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan dimenangkan” (HR Bukhari no. 6881)

Al Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H) rahimahullah ketika menyebutkan tentang hadits ini, beliau mengatakan´”Kalau bukan para ahli hadits yang dimaksud, maka aku tidak mengetahui lagi siapa mereka.”

Al Imam Ibnul Mubarak (118-181 H) rahimahullah mengatakan “ Menurutku, mereka adalah ahli hadits”

Al Imam ‘Ali ibnul Madini (161-234 H) rahimahullah mengatakan “Mereka adalah ahlul hadits” ( Syarafu Ashhabil Hadits hal 26-27)

Demikianlah, para imam ahli hadits, merekalah sebenarnya para pembela agama ini. Atas usaha mereka agama Islam sampai ke tangan kita dalam keadaan murni. Mereka mengorbankan seluruh jiwa raga, harta benda, dan waktu yang mereka punya untuk mencari dan meneliti hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka rela bersafar berbulan-bulan dari satu negeri ke negeri yang lain hanya demi mendapat sebuah hadits. Mereka periksa sanad dan perawi-perawinya, didatangi jikalau masih hidup untuk kemudian disimpulkan tentang keadaan masing-masing perawi sehingga akhirnya dihukumilah hadits tersebut sebagai hadits yang shahih dari nabi atau bukan. Jika kita menela’ah kitab-kitab hadits, terlebih kitab tentang rijalul hadits (perawi hadits) niscaya akan kita dapati perjuangan yang amat menakjubkan yang dilakukan oleh para ahlul hadits dalam membela agama ini.

Sanad, Mata Rantai Penyambung Agama Islam dari masa ke masa.

Sanad atau Isnad adalah silsilah (mata rantai) para perawi hadits yang mengantarkan kepada nash hadits. Misalnya seorang ulama hadits meriwayatkan hadits sebagai berikut

A telah mengabarkan kepada kami, dia berkata : B telah mengabarkan kepada kami, dia berkata : C telah mengabarkan kepada kami, dia berkata : Sahabat fulan telah mengabarkan kepada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata demikian dan demikian.

Begitulah gambaran sanad para pembaca rahimakumullah, yang merupakan keistimewaan yang Allah berikan untuk ummat ini yang tidak terdapat pada ummat – ummat sebelumnya karena sanad memiliki nilai yang besar bagi Agama Allah ‘azza wa jalla. Oleh karena itu, ummat islam ini dinamakan pula dengan nama Ummatul Isnad.

Pembahasan tentang sanad merupakan tiang pokok dalam pembahasan ilmu hadits yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan yang sangat tinggi dan mulia, yaitu membedakan hadits yang diterima dan yang tertolak.

Imam Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata “ Sanad adalah senjatanya orang mukmin. Apabila senjata tersebut tidak bersamanya, maka dengan apa dia akan berperang?”

Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah berkata “Menurutku, sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka siapapun akan bisa berkata semaunya”

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata “Dahulu mereka tidak pernah bertanya tentang sanad. Akan tetapi tatkala terjadi fitnah, mereka bertanya tentang sanad, supaya mereka bisa mengambil hadits Ahlus Sunnah, dan meninggalkan hadits Ahlul Bid’ah”

Oleh karena itu, para ahli hadits memberi perhatian lebih untuk meneliti sanad hadits dan membahasnya, disebabkan karena hal ini memiliki peran besar untuk membersihkan hadits dari pemalsuan dan pendustaan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidaklah mungkin seseorang bisa sampai kepada isi hadits kecuali menelusuri jalan pembahasan dalam masalah sanad.

Dan sungguh para ahli hadits mencurahkan pengorbanan yang amat keras untuk menelusuri sanad dari awal sampai akhir. Kalau zaman sekarang, lebih mudah. Untuk meneliti apakah sebuah hadits itu shahih atau tidak tinggal dilihat sanadnya dan dicari biografi-biografi para rawi di buku rijalul hadits dan dihukumilah hadits tersebut shahih atau tidak. Kalau zaman dahulu,  untuk meneliti sanad hadits tersebut maka para rawi melakukan perjalanan yang sangat jauh sekedar mengecek apakan rawi fulan yang tinggal di negeri fulan benar meriwayatkan hadits ini. Mereka menempuh perjalanan berbulan-bulan lamanya untuk mengecek keabsahan sebuah hadits. Terkadang, hasil yang dicapai adalah hasil yang mengecewakan, yaitu haditsnya dhaif (lemah).

Sungguh merupakan hal – hal yang menakjubkan yang bisa kita dapati melalui karya – karya para ulama’ yang berisi tentang biografi – biografi para rawi hadits., seperti kitab Al Jarh Wat Ta’dil karya Imam Ibnu Abi Hatim, Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar dan yang selainnya, yang di dalamnya terdapat ribuan biografi para rawi. Di zaman yang penuh dengan keterbatasan seperti pada masa para ulama’ hadits, karya mereka merupakan bukti betapa gigihnya mereka melakukan penjagaan terhadap agama ini. Oleh karena itulah, rihlah(perjalanan) para ahli hadits dalam mencari sanad hadits merupakan sebesar-besar nikmat yang Allah ‘azza wa jalla anugerahkan pada ummat ini.

Imam Nawawi berkata dalam Al Irsyad (I/498)

“Ilmu hadits adalah ilmu yang mulia, imu yang sesuai dengan akhlak yang mulia dan perilaku yang terpuji. Ilmu hadits termasuk ilmu akhirat, bukan termasuk ilmu dunia. Barang siapa terhalangi untuk mempelajarinya, maka dia telah terhalangi dari kebaikan yang banyak. Barangsiapa yang diberi rizki untuk mempelajarinya, maka dia telah mendapat keutamaan yang besar ….”

Semoga Allah merahmati orang yang berkata dalam syairnya

Agama Nabi Muhammad adalah berisi khabar – khabar,

Sebaik-baik tunggangan bagi pemuda adalah atsar

Janganlah kau membenci hadits dan ahlinya

Akal adalah malam sedangkan hadits adalah siang

Dan sungguh telah dikatakan

Ahlul hadits adalah ahlun Nabi (orang – orang yang senantiasa bersama Nabi)

Meskipun jasad mereka tidak bersama nabi, tapi nafas-nafas mereka menyertainya.

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita untuk mensyukuri nikmat yang besar ini. Kita juga memohon kepada Allah untuk dikokohkan di atas kebenaran, dan diberi taufik untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Wallahu waliyyut taufiq. (Abu Luqman Habib)

Maraji’:

Syarafu Ashhabil Hadits, Imam Khatib Al Baghdadi

Ta’liqat Atsariyyah , Syaikh Ali Hasan Al Halabi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *