Ibnul Jauzi rahimahullah berkata dalam Shaydul Khaathir, “Mengumpulkan berbagai macam ilmu adalah suatu hal yang terpuji”
Dikatakan,
من كل فن خذ ولا تجهل به
فالحرمطلع على الأسرار
Hendaknya engkau mengambil setiap cabang ilmu dan jangan engkau jahil terhadapnya
Orang yang tidak terikat (pada satu bidang tertentu) akan mengetahui berbagai rahasia
Gurunya para guru kami, Syaikh Muhammad Ibnu Maani’ dalam Irsyaad Ath Thullab mengatakan, “Tidaklah pantas seseorang yang mulia meninggalkan ilmu yang bermanfaat, yang mana ilmu tersebut dapat membantu untuk memahami Al Qur’an dan sunnah padahal dia tahu bahwa dirinya itu punya kemampuan untuk mempelajari ilmu tersebut. Dan seseorang tidak boleh mencela ilmu yang dia tidak tahu dan malah mencela orang yang mengetahui ilmu tersebut. Ini adalah aib dan kehinaan. Maka orang yang berakal hendaknya berbicara dengan ilmu atau diam dengan sabar”
Pegangi dua prinsip ini
Seseorang bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika dia itu berpatokan kepada dua hal :
- Dahulukan yang paling penting, baru perkara penting lainnya. Jadi ada tingkatan yang terpenting, baru yang penting lainnya, dimana perkara yang lebih penting ini dibutuhkan oleh seseorang untuk menjalankan tugas beribadah kepada Allah
- Niatkan di awal-awal belajar untuk mempelajari yang ringkas-ringkas dulu dalam semua cabang ilmu, jangan yang tingkatannya yang lebih tinggi. Ketika berbagai dasar ilmu yang bermanfaat telah sempurna ia pahami, hendaknya ia memperhatikan bidang apa yang ia cenderungi dan menyadari bahwa dirinya punya kemampuan (terhadap bidang yang ia cenderungi tersebut), maka perdalamlah ilmu tersebut, baik hanya satu cabang ilmu, misal dia paham ilmu fiqih saja, atau beberapa dari cabang ilmu.
Jadi yang ingin disampaikan disini dahulukan ilmu yang lebih penting dulu, lalu dipelajari dari buku atau matan yang ringkas, jangan dari matan yang terlalu panjang lebar. Namun siapa saja yang tahu bahwa dirinya sanggup untuk menguasai berbagai macam cabang ilmu, hendaknya ia kuasai semua, semisal pakar dalam aqidah, fiqih, tafsir, dan lainnya. Orang yang seperti adalah orang yang istimewa yang keadaannya berbeda dari umumnya orang.
Diringkas dari Khulashah Ta’zhim Al ‘Ilmi karya Syaikh Shalih Al ‘Ushaimi hal. 22-23 dengan tambahan
Ditulis oleh :
Dodi Iskandar
Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta tahun ajaran 1434/1435
I like it