Perlahan-lahan dan Tidak Tergesa-gesa dalam Menuntut Ilmu

Sesungguhnya ilmu itu tidak bisa diperoleh dengan sekaligus. Karena hati  tidaklah kuat dengan hal itu. Sesungguhnya ilmu itu berat seperti beratnya batu yang berada ditangan orang yang membawanya.

Allah Ta’ala telah berfirman,

إنّا سنلقي عليك قولا ثقيلا

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat” ( QS.  Al Muzzammil :  5)

Perkataan yang berat dalam ayat ini maksudnya adalah Al Qur’an. Apabila sifat ini (perkataan yang berat) disematkan oleh Allah Ta’ala kepada Al Qur’an yang telah disifati sebagai Al Muyassar ( yang dimudahkan untuk di ingat), sebagaimana yang telah Allah firmankan,

ولقد يسّرنا القرءان للذّكر

Dan sungguh Kami telah memudahkan Al Qur’an sebagai peringatan” (Al Qamar : 17)

Maka bagaimanakah lagi dengan ilmu-ilmu yang lain?

Dan sungguh proses turunnya al quran yang berangsur-angsur dan terpisah-pisah adalah suatu bentuk perhatian terhadap cara meraih ilmu, yaitu perlahan-lahan.

Allah Ta’ala telah berfirman,

وقال الذين كفروا لولا نزّل عليه القرءان جملة واحدة  كذالك لنثبت به
فؤادك   ورتّلناه ترتيلا

Dan orang orang kafir berkata , “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?”. Demikianlah agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsurangsur, perlahan, dan benar) (QS. Al Furqan :  32)

Ayat ini adalah hujjah akan  wajibnya perlahan di dalam menuntut ilmu, bertahap dan menghindari ketergesa-gesaan sebagaimana  Al Khathib Al Baghdady telah menuturkan tentang hal ini di dalam kitabnya “Al Faqih Wal Mutafaqqih“, begitu juga Ar Raghib Al Asfahaniy di dalam muqaddimah “Jami’ut Tafsiir“.

Konsekuensi menuntut ilmu secara perlahan dan bertahap adalah memulai palajaran dari matan-matan yang ringkas dalam berbagai cabang ilmu, baik dengan menghafalnya dan memahaminya, dan tidak membahas kitab yang panjang.

Dan barangsiapa yang condong kepada kitab yang tebal-tebal (di awal proses belajarnya), maka sungguh dia telah membahayakan agamanya. Terkadang melebihi batasan kadar ilmu yang seharusnya dipelajari akan menyebabkan tersia-siakannya ilmu itu sendiri. ‘Abdul Karim Ar Rifa’iy, salah satu ‘ulama dari Damaskus, Syam di masa lalu mengatakan, “Makanan orang dewasa itu  racun bagi anak-anak

Oleh karena itu, yang namanya menuntut ilmu tidak boleh tergesa-gesa ingin langsung menguasai semua ilmu, tetapi hendaknya perlahan dan tidak tergesa-gesa.
Diringkas dari Khulashah Ta’zhim Al ‘Ilmi karya Syaikh Shalih Al ‘Ushaimy hal. 26-27
Ditulis oleh :

Syukran Machmudy –Ar Raaji ‘afwa Rabbihi-
Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta tahun ajaran 1434/1435

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *