Mentauhidkan Allah, Kewajiban Seluruh Makhluk

Prolog

Begitulah uniknya manusia, bermacam-macam karakter dan tipe yang Allah ciptakan di muka bumi ini, semuanya hanya Allah yang mengetahui hikmah di balik itu semuanya. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti” (QS. Al Hujurat : 13).

Lihatlah ayat di atas, betapa Allah sangat adil kepada hamba-hamba-Nya. Allah hanya memilih hamba-hamba-Nya yang bertakwa untuk dijadikan sebagai hamba yang paling mulia di sisi-Nya. Tidak berdasarkan karakter, bangsa, kulit, atau ras tertentu di kalangan kita.

Lantas pernahkah kita berfikir dengan baik-baik, kenapa kita harus melaksanakan ketakwaan kepada Allah? Kenapa hanya kepada Allah semata kita harus bertakwa, tidak kepada yang lain? Kenapa kita harus mengesakan Allah dalam hal ibadah? Kenapa kita harus bersyukur kepada Allah? Pernahkah kita berfikir dengan jernih untuk masalah ini?

Ma’rifatullah

Pernahkah kita berfikir dengan jernih siapakah yang mengatur siang dan malam? Siapa yang telah memberikan hujan dan panas? Siapakah yang memberikan udara bersih di sekitar kita? Kira-kira apakah semua hal tersebut berjalan dengan sendirinya tanpa adanya yang mengatur?

Saya yakin dengan seyakin-yakinnya, fithrah yang masih bersih akan berkata bahwa di dunia ini ada satu dzat yang mengatur seluruh aktifitas yang ada di dunia ini. Lantas, siapakah dzat tersebut? Benar, dzat tersebut adalah Rabbul ‘Aalamin, Allah Subhanahu wa Ta’alaa, satu-satunya dzat yang memiliki isi alam ini, satu-satunya dzat yang mencipta, dan satu-satunya dzat yang mengatur alam . Allah berfirman,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji milik Allah, Rabb semesta alam” (QS. Al Fatihah : 2) (lihat penjelasan lebih menarik di Al Qowa’idul mutsla, Syaikh Utsaimin).

Perhatikanlah hal ini, Allah adalah satu-satunya dzat yang mencipta segala sesuatu, satu-satunya dzat yang memiliki isi alam ini serta satu-satunya dzat yang mengatur alam ini. Itulah hakikat Allah Subhanahu wa Ta’alaa yang sebenarnya. Dengan begitu, pantaslah Allah Subhanahu wa Ta’alaa menjadi satu-satunya dzat yang Maha Agung di penjuru alam ini.

Hakikat Manusia

Seperti yang diajarkan pada materi SD, manusia dikenal sebagai Homo sapiens. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Pengertian ini mungkin pengertian yang dapat mewakili kondisi manusia secara umum. Dimana manusia manapun tidak dapat hidup dan bertahan seorang diri.

Konsekuensinya

Ketika kita sudah tahu bagaimana hakikat Allah dan bagaimana hakikat manusia sebenarnya, tentu kita bisa mensikapkan diri kita di depan Allah dan di depan manusia. Betapa bagusnya perkataan seorang ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang mengetahui hakikat manusia, maka tentu dia akan menempatkan manusia tersebut sesuai dengan posisinya. Begitu juga sebaliknya kepada Allah, jika kita mengetahui hakikat Allah yang sebenarnya, maka tentu kita akan menempatkan posisi Allah sesuai dengan posisi-Nya” (lihat penjelasan lebih menarik di Al Ishbah fii Bayaani Manhajis Salaf fit Tarbiyah wal Ishlah, Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al Ubailan)

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, Allah merupakan dzat yang paling agung di seluruh alam ini. Lantas, ketika suatu dzat telah ditetapkan sebagai dzat yang paling agung di seluruh alam, apakah hati nurani yang masih bersih tidak bisa menerima konsekuensi logis ketika Allah memerintahkan kita untuk melakukan suatu hal? Karena Allah adalah satu-satunya dzat yang dapat memenuhi semua kebutuhan makhluk-Nya di dunia ini. Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz Dzariyat : 58).

Allah juga berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada  suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud : 6)

Maka, konsekuensi dari semua ini adalah ketika Allah memerintahkan sesuatu, kita harus taat, kita harus mendengar serta kita harus laksanakan dengan penuh rasa ikhlash. Karena ini adalah ibarat sang raja yang memberikan komando kepada seluruh penduduknya. Kenapa semua berkosekuensi seperti ini? karena kita harus mengingat, bahwa hanya Allah-lah yang dapat memberikan manfaat, madharat, yang dapat mengeluarkan seorang hamba-Nya dari belenggu masalahnya, Allah juga lah dzat yang mendengar semua keluh kesah hamba-hamba-Nya yang kemudian Allah akan pilihkan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya tersebut. Dan masih banyak sifat-sifat mulia lain yang dimiliki oleh Allah. Lantas, pantaskah kita sebagai hamba-Nya serta merta menolak dan menentang apa-apa yang telah diperintahkannya?

Satu komando agung

Allah merupakan dzat yang menciptakan seluruh makhluq yang ada di alam ini. Allah juga yang mengatur rizki dan urusan dari semua hamba-Nya yang ada di seluruh alam ini. Tetapi ketahuilah, Allah hanya memerintahkan satu perintah agung kepada kita sebagai manusia. Apakah perintah itu?

Allah sebagai satu-satunya dzat yang mengatur isi alam ini hanya ingin seorang hamba mengikhlashkan ibadah hanya kepada-Nya dan melaksanakan berbagai konsekuensi rasa cinta kepada-Nya demi kebaikan hamba itu sendiri, bukan karena Allah membutuhkan seorang hamba. Dalam istilah islam, hal ini dikenal sebagai TAUHID. Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).

Inilah ayat agung yang menceritakan hikmah dibalik penciptaan manusia dan jin, yakni memurnikan ibadah  hanya untuk Allah semata.

Fithrah yang suci juga pasti berkeinginan untuk mencintai hanya kepada dzat yang memang telah banyak memegang peranan dalam hidup kita. Alangkah tidak patutnya ketika kita sebagai seorang yang telah diberi segala hal tanpa kita perlu memintanya, ternyata kita melabuhkan cinta kita kepada dzat lain yang tidak memiliki keutamaan sebagaimana keutamaan yang dimiliki oleh Allah. Sungguh, ini fithrah manusia yang rusak.

Sebagaimana Allah perintahkan kepada hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan sebenar-benar cinta, maka Allah juga membenci satu hal, yang mana dosa ini tidak akan Allah ampuni untuk selama-selamanya selama hamba-Nya tersebut tidak bertaubat. Apakah itu? Dosa tersebut adalah engkau menyekutukan Allah dalam hal ibadah atau dalam istilah agama Islam dikenal sebagai SYIRIK. Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).

Kesimpulan

Ketika kita telah tahu bagaimana hakikat manusia dan hakikat Allah dengan sebenar-benarnya, kita pasti tahu bagaimana tindakan terbaik yang harus kita lakukan. Karena itulah hakikat cinta sebenarnya, yakni berlabuh kepada dzat yang telah memberikan segala hal dan segala kebaikan kepada kita semua.

Penting bagi kita semua untuk mempelajari ilmu tauhid dan konsekuensinya serta mempelajari hakikat syirik dan konsekuensinya. Karena dakwah tauhid inilah dakwah yang diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul yang telah Allah utus di dunia ini. Allah berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyeruhkan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah taghut itu” (QS. An Nahl : 36).

Dakwah tauhid juga lah dakwah yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan di akhirat. Lantas, apakah kita menunda lagi untuk mempelajari ilmu yang agung ini? Tidak ada kata terlambat, mari kita semua mempelajari ilmu tauhid dan konsekuensinya. Semoga Allah tetap menjaga kita diatas agama-Nya yang haq ini.

أللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف و الغنى,وصلى الله على نبينا محمد وعلى أله و صحبه و سلم

Ditulis oleh :

Mohammad Darus Salam

Alumni Ma’had Al ‘Ilmi tahun ajaran 1433/1434

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *