Pendahulu Jahmiyah dalam Menolak dan Mengingkari Nama dan Sifat Allah

Pembahasan tentang tauhid asma’ (nama) wa sifat Allah sebenarnya adalah bagian dari pembahasan tentang tauhid rububiyah. Akan tetapi semenjak banyaknya terjadi penyimpangan dan penolakan tentang asma’ dan sifat Allah, maka tauhid asma’ wa sifat dipisahkan pembahasannya dari tauhid rububiyyah. Kelompok yang pertama yang melakukan penolakan dan penyimpangan terhadap asma’ dan sifat Allah adalah Jahmiyyah.

Pendahulu Jahmiyyah

Sebagaimana Khowarij memiliki pendahulu yang telah hidup pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi was salam, Jahmiyyah juga memiliki pendahulu yang telah hidup pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi was salam. Jika yang menjadi pendahulu Khowarij adalah seorang munafiq yang bernama Dzul Khuwaisiroh, yang menjadi pendahulu Jahmiyyah daalm menolak asma’ dan sifat Allah adalah orang-orang musyrik quraisy.

Dikisahkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya, pada peristiwa perjanjian Hudaibiyyah yang terjadi pada tahun 6 Hijriyyah, Rasulullah memerintahkan ‘Ali bin Abi Tholib sebagai penulis perjanjian. ‘Ali memulai menulis perjanjian dengan “Bismillahirrohmanirrohim”. Melihat perbuatan ‘Ali ini orang-orang Quraisy menolak dengan berkata :

“Adapun Ar Rohman, maka kami tidak mengenalnya.”

Karena peristiwa ini maka Allah menurunkan ayat :

“Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, dan mereka kafir kepada Ar Rohman (yang Maha Pemurah). (Ar Ra’du : 30)”

Itulah salah satu episode yang menggambarkan penolakan musyrik Quraisy terhadap asma’ dan sifat Allah. Dalam Kisah lain, diriwayatkan oleh ibnu jarir pula dalam tafsirnya, bahwsanya ibnu abbas mengisahkan suatu ketika rasulullah sedang sujud da berdoa denga berkata :

“Ya Rohman, Yaa Rohim”

Kebetulan ketika itu ada orang musyrik yang mendengarnya. Mendengar hal tersebut orang-orang muysrik berkata :

“ini kah orang yang megira dirinya telah menyeru kepada Allah semata! Padahal ia berdoa kepada 2 ilah!”

Orang-orang musyrik tersebut berkata demikian karena mereka menolak nama Ar Rohman bagi Allah, sehingga mereka menganggap Ar Rohman bukanlah Allah.

Karena adanya peristiwa ini Allah menurunkan ayat :

Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) (Al Isra’ : 110)

Tentang Orang-orang musyrik yang menolak nama Ar Rohman bagi Allah juga Allah kisahkan dalam surat Al Furqon :

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Sujudlah kamu sekalian kepada yang Ar Rohman (yang Maha Penyayang)”, mereka menjawab:”Siapa Ar Rohman (yang Maha Penyayang) itu? (Al Furqon : 60)”

Syaikh Soleh Al Fauzan dalam Kitabnya Al Irsyad ila Shohihil I’tiqod berkata :

“Orang-orang Musyrik Quraisy inilah yang menjadi pendahulu Jahmiyyah dan As Sya’iroh dalam mengingkari asma’ dan sifat Allah. Seburuk-buruk panutan bagi seburuk-buruk pengikut”

Jamiyyah adalah bid’ah pertama yang berbicara tentang Allah

Dinamakan sebagai jahmiyyah karena kelompok ini berawal dari pemikiran Jahm bin Sofwan. Bid’ah jahmiyyah ini adalah bid’ah yang pertama kali yang berbicara tentang Allah. Bid’ah yang pertama terjadi dalam islam adalah bid’ahnya khowarij, mereka mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah mereka. Setelah itu barulah muncul bid’ah qodariyyah yang mereka menolak takdir. Bid’ah ketiga yang muncul dalam islam adalah bid’ah murjiah yang mereka berkata “maksiat tidak akan mengurangi kadar iman, meskipun seseorang bermaksiat imanya akan tetap sempurna”. Ketiga bid’ah yang pertama muncul tersebut semuanya berbicara tentang perbuatan seorang hamba, belum berbicara tentang  Allah.  Sebagaimana perkataan ibnu taimyyah :

“Sesungguhnya qodariyyah dan murjiah mereka muncul ketika Sahabat masih ada, mereka berbicara tentang ketaatan, kemaksiatan, seorang mukmin, dan seorang fasiq. Mereka belumlah berbicara tentang Allah dan sifatnya.”

Setelah itu barulah muncul faham Jahmiyyah yang mereka ini berbicara tentang Allah. Mereka menyamakan Allah dengan makhluknya, mereka berbicara tentang Allah dengan hawa nafsu mereka. Dari jahmiyahh inilah muncul bid’ah-bid’ah/kelompok-kelompok lainnya seperti mu’tazilah dan asy syairoh yang menolak, mengingkari, dan menyelewengkan asma’ dan sifat Allah.

 “Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (Al Kahfi : 50.)

Maraji :

1. Syarh ‘Aqidah Al Washithiyyah Karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin

2. Al Irsyad ila Shohihil I’tiqod karya Syaikh Soleh Al Fauzan.

[Muhammad Rezki Hr, santri Ma’had Ilmi angkatan 2010-2012]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *