Semua orang berkeinginan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, tapi apakah mereka sudah mengetahui apa yang bisa membuat mereka hidup bahagia di dunia dan di akhirat? Apakah juga mereka sudah mempunyai standar yang bisa mereka jadikan patokan untuk mendapat predikat hidup di dunia dan akhirat dengan bahagia?
Benar sekali, Al Qur’an adalah jawabannya, Al Qur’an merupakan kalamullah yang dimudahkan oleh-Nya agar bisa dipelajari dan dihafalkan oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia. Maka sungguh benar firman Allah Ta’ala (yang artinya), “dan sungguh telah kami mudahkan Al Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al Qamar : 17).
Waktu adalah emas[1]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara : tentang umurnya untuk apa ia dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia infakkan, serta tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan dari ilmunya” (Shohih Targhib wa Tarhib no 127).
Rasulullah disini menjelaskan bagaimana pentingnya waktu yang dimilki oleh seorang hamba Allah agar digunakan dengan bijaksana karena waktu selama di dunia akan ditanyakan pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Seorang yang cerdik setelah mengetahui hadits ini maka tentunya akan tahu bagaimana cara ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr : 18)
Begitu juga terdapat hadits dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada seseorang ketika menasehatinya,” Manfaatkanlah lima kesempatan sebelum datang lima (kesempitan); 1) masa mudamu sebelum masa tuamu, 2) masa sehatmu sebelum masa sakitmu, 3) kecukupanmu sebelum kesempitanmu, 4) waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, 5) masa hidupmu sebelum kematianmu “ (HR. Al Hakim, IV/341 no. 7846, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih at Targhib wat Tarhib, III/168 no. 3355).
Maka dari itu, manfaatkanlah kesempatan yang anda miliki, jangan tunda waktu luang yang anda miliki, kesehatan serta berbagai kenikmatan yang Allah telah berikan kepada anda untuk melakukan sesuatu yang baik dan diridhai oleh Allah Ta’ala. Laksanakanlah dari sekarang untuk bisa mendapatkan ridho Allah Ta’ala.
Al Qur’an adalah sebaik-baik nikmat
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bulan ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda antara yang benar dan yang bathil” (QS. Al Baqarah 185). Syaikh As Si’di rahimahullah menjelaskan dalam kitab tafsirnya “Al Qur’an yang mencakup petunjuk terhadap semua maslahat-maslahat hamba-Nya, baik urusan dunia maupun akhirat. Al Qur’an juga menjelaskan kebenaran dengan penjelasan yang gamblang dan pembeda antara yang benar dan bathil”.
Bukankah ketika kita mendapati jalan buntu atau tersesat di hutan belantara, kita membutuhkan sebuah petunjuk jalan? Maka ibarat dunia ini adalah sebuah ujian, maka Al Qur’an dan isinya adalah sebuah coretan kerpean yang menjadi kunci ujian kita agar kita berhasil dengan nilai cumlaude. bukankah setiap kali kita ujian kita berharap semoga nilai kita cumlaude? Sudahkan kita menyadari hal ini? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).
Maka kita wajib meyakini bahwa sebaik-baik nikmat yang telah Allah berikan kepada kita adalah Al Qur’an yang telah Allah turunkan kepada hamba-Nya yang terpilih, yaitu Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena dengan Al Qur’an selamatlah ujian kita selama di dunia dengan predikat cumlaude.
Isi Al Qur’an teruji kebenarannya
Tidak diragukan lagi bahwa Al Qur’an merupakan sebaik-baik kalam yang ada di dunia ini. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad beliau bersabda, “Allah berfirman : ‘Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dan zikir kepada-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, akan Kuberi ia sesuatu yang lebih utama daripada yang telah Kuberikan kepada orang-orang yang meminta. Sesungguhnya keutamaan kalamullah dibanding kalam-kalam lainnya, sebagaimana keutamaan Allah atas seluruh makhluk-makhluk-Nya” (HR. Tirmidzi, beliau berkata : “Hadits hasan”).
Jika memang Anda meragukan apa yang terkandung dalam Al Qur’an maka Allah Ta’ala menantang Anda untuk mendatangkan semisal yang sama dengan Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “dan jika kamu meragukan Al Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah : 23). Dan Maha benar firman Allah, apakah kita pernah mendengar dan mengetahui seseorang yang mampu mendatangkan semisal Al Qur’an?
Jawabannya tidak pernah, mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga detik anda membaca tulisan ini. Maka dengan alasan apa lagi anda masih meragukan isi yang terdapat di dalam Al Qur’an? Apakah anda berani bersifat sombong terhadap kebenaran isi Al Qur’an sebagaimana fir’aun hingga dia berani menyatakan diri sebagai Rabb?
Bacalah Al Qur’an terlebih dahulu
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al Qur’an) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah maha pengampun, maha mensyukuri” (QS. Fathir : 29-30). Allah berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat” (QS. Al Ankabut : 45). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda “Bacalah Al Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada ahlinya” (HR. Muslim)
Disini Allah dan rasul-Nya menjelaskan salah satu keutamaan dari Al Qur’an adalah untuk dibaca. Bukan hanya sekedar dibaca akan tetapi kita juga harus berusaha untuk memahami apa maksud dari ayat yang kita baca. Apalah arti sebuah bacaan atau kita membaca sebuah tulisan kalau kita tidak memahami maksud dari tulisan dan bacaan yang kita baca. Terlebih lagi Al Qur’an merupakan kalamullah yang sangat benar perkataannya, apakah kita tidak berusaha untuk memahami dan memakanai apa yang Allah firmankan kepada kita?. Berikut cerita riwayat dari Ishaq, dari Ibrahim, dari Ahmad, dia mendengar bahwa Abu Sulaiman berkata “Terkadang saya terus-menerus membaca satu ayat selama lima malam. Seandainya bukan karena saya tidak lagi merenungkannya, niscaya saya tidak berpindah ke ayat lain selamanya”. Maka kita mengaharap kepada Allah agar diberikan kemudahan untuk merenungi makna dan tafsir dari Al Qur’an.
Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa pahala membaca Al Qur’an diperoleh bagi siapapun yang membacanya, walaupun orang tersebut tidak memahami makna dan tafsirnya. Kendati demikian, orang yang memahami makna dan tafsir Al Qur’an tentu saja lebih baik dan lebih banyak pahalanya. Inilah keutamaan dan keistimewaan Al Qur’an yang Allah turunkan kepada umat nabi Muhammad. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘alif laam miim’ satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf” (HR. At Tirmidzi).
Barulah anda menghafalkannya
Setelah anda berusaha untuk membaca dan merenungi setiap makna dan tafsir yang terkandung di dalam Al Qur’an. Maka langkah selanjutnya bagi kita adalah untuk menghafalkan kalamullah yang mulia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Dikatakan kepada orang yang menghafalkan Al Qur’an nanti : bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilkannya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau hafal”. (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, dinilai shahih oleh Syaikh Albani).
Berdasarkan hadits di atas dapat diketahui bahwa kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti dipengaruhi juga oleh banyaknya hafalan yang dimiliki oleh seorang hamba dan bukan tergantung pada banyaknya bacaan saat ini, maka hal ini hendaknya perlu diperhatikan. Bukankah kenikmatan akhirat yang kita idam-idamkan merupakan kenikmatan yang semua orang tidak tahu betapa indahnya? Maka dari itu, marilah kita berusaha memulai dari sekarang untuk bisa menghafalkan Al Qur’an yang mulia ini dengan mengharap ridha Allah Ta’ala. Bukan karena keuntungan dunia, upah ataupun hadiah saja yang hanya bersifat sementara. Karena ada nikmat besar yang jauh lebih berharga dibandingkan semua yang ada di dunia yaitu hidup bahagia di akhirat.
Akan tetapi terdapat sebuah ancaman keras dari Rasulullah terhadap para penghafal Al Qur’an, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurrouhaa (yang menghafalkan Al Qur’an dengan niat yang jelek)” (HR. Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Su’aib Al-Arnauth). Sehingga penting bagi para pengahafal Al Qur’an untuk memurnikan niat agar senantiasa tulus ikhlas karena Allah Ta’ala semata.
Teruslah belajar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Di sini Rasulullah menggambarkan dengan sebaik-baik kalian, dan salah satu yang termasuk mempelajari Al Qur’an adalah dengan membaca, merenungi dan menghafalkan Al Qur’an. Maka bukankah keinginan dari setiap orang agar bisa menjadi orang yang paling baik? Maka teruslah dan selalu belajar Al Qur’an dengan cara membaca, merenungi makna dan tafsir, menghafalkan serta mengamalkan setiap kandungan yang ada di dalam Al Qur’an.
Begitu juga modal penting yang harus kita siapkan adalah selalu senantiasa meminta pertolongan kepada Allah, karena Rasulullah bersabda “Bersemangatlah kalian atas segala sesuatu yang mendatangkan manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau lemah” (HR. Muslim).
Karena dengan mempelajari Al Qur’an juga merupakan salah satu cara untuk mewujudkan rasa syukur kita terhadap Allah Ta’ala atas nikmat yang diberikan. Bukankah dengan mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya itu akan mendatangkan ridho Allah Ta’ala? Allah Ta’ala berfirman “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat” (QS. Ibrahim : 7).
Begitu juga Allah sangat Adil dalam membantu hamba-Nya agar bisa mendalami dengan mudah apa yang terkandung di dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman “Dan sungguh telah kami mudahkan Al Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al Qamar : 17). Syaikh As Si’di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya “Dan sungguh-sungguh telah Kami mudahkan Al Qur’an yang mulia ini, lafazh-lafazhnya untuk dihafalkan dan dibaca, makna Al Qur’an untuk difahami dan dimengerti…….”.
Maka dengan ini apakah kita masih putus asa dan menyerah begitu saja setelah Allah telah menjelaskan sendiri bahwa Al Qur’an ini memang mudah untuk dipelajari dan difahami? Maka dari itu para pembaca rahimanii wa rahimakumullahu, mari latih diri kita untuk mulai mempelajari kitab yang sangat mulia ini dengan terus meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala dan janganlah ragu bahwasanya pertolongan Allah itu pasti akan datang jika anda memang serius menginginkannya. Semoga Allah Ta’ala memberikan pertolongan-Nya kepada kita untuk mensyukuri nikmat-Nya dan menjadikan kita hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Rujukan :
Attibyan Fii Adaabi Hamalatil Quran, karya Imam Nawawi
Taisir Al-Karim Al-Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan karya Syaikh Abdurrhman bin Nashir As-Sa’di
Air Mata Pembaca Al Qur’an karya Muhammad Syauman Ar-Ramli cet. Aqwam Jembatan Ilmu
Makalah Dimanakah Al Qur’an di Hati Pemuda Islam Karya Ust. Ibnu Ali Sutopo yang disampaikan di Kajian Pemuda Al-Quran di Musholla Teknik UGM pd tgl 03 Desember 2011
Ditulis oleh :
Mohammad Darus Salam
Santri Ma’had Al ‘Ilmi 1433/1434
[1] Bahkan menurut Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah, ungkapan yang lebih tepat adalah : “Waktu lebih berharga daripada emas” (ed)
admin, itu link “Beranda” di menu atas masih merujuk ke wordpress.com. emang gitu ya?
Sudah kami fix-kan url Beranda merujuk ke http://www.mahadilmi.com
Jazakallaahu khoir atas masukannya